Sejarah

Misteri Makam Ulama Kedah Di Langkat (Bagian 2) : Pembumihangusan Kampung Para Ulama Kedah Masa Kerajaan Langkat Lama

LANGKATPEDIA.COM (SECANGGANG) : Pada masa pemerintahan Raja Badiuzzaman bin Raja Kahar yang memerintah sejak 1750 saat Raja Kahar wafat ketika telah berhasil memindahkan pusat kerajaan Langkat dari Kota Datar Hamparan Perak ke Kota Dalam Secanggang.

Dimasa Raja Badiuzzaman, kerajaan Langkat berkembang pesat, pembangunan berhasil di jalankan pada masa pemerintahan beliau.

Galangan kapal di kampung Inai Lama dan kampung Jongkong serta dermaga bandar pelabuhan, istana, gudang lada, gelanggang silat dan fasilitas lainnya berhasil dibangun yang terdapat di kampung Kepala Sungai yang merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Langkat saat itu.

Tak hanya itu, sistem negara kota juga telah berkembang, dimana sudah adanya Bandar Diraja Bahorok, Jentera Malay, Johor, Punggai, Stabat, Bingai dan Selesai.

Namun pada 1815, Belanda datang melakukan agresi militer ke pusat kerajaan Langkat di Kota Dalam hingga berhasil menduduki Kota Dalam dan membuat Raja Badiuzzaman dan Putra Mahkotanya Tuah Hitam mundur. Serangan yang begitu hebat yang dilakukan pihak Belanda itu pula membuat beberapa kampung yang merupakan bagian integral dari Kota Dalam luluh lantak termasuk kampung Pulau Haji yang posisinya bersebelahan dengan kampung Kepala Sungai.

Singkat cerita, pada 1862, Hindia Belanda melakukan agresi militer ke Langkat dalam rangka menyerang Kerajaan Aceh Darussalam, namun usaha tersebut dapat di gagalkan oleh Stan Matsyekh bersama pasukannya yang terkenal dengan sebutan pasukan Muslimin yang di lanjutkan pula pada tahun 1863 dan tahun1864 dan dapat digagalkan Stan Matsyekh sehingga di pihak Belanda mengalami kerugian yang cukup besar hingga akhirnya pada Oktober 1865, Stan Matsyekh dapat di tangkap dengan licik di Hamparan Perak oleh Belanda.

Setelah keberhasilan Belanda dalam menangkap Stan Matsyekh secara licik hingga di buang ke Sukabumi Jawa Barat pada Oktober 1865, pihak Belanda melakukan politik bumi hangus terhadap wilayah kerajaan Langkat lama yang terdapat di sepanjang Sei Wampu termasuk Kampung Pulau Haji yang lenyap, hingga dibuka perkebunan Tebu oleh Belanda pada 1870 yang pabrik pengolahannya terdapat di Kuala Madu.

Sejarah Kampung Pulau Haji pun sengaja dikubur dalam-dalam hingga kini, hanya tersisa makam Datuk Lamukut (Syekh Syaifudin) di tengah ladang Tebu yang kini di kelola oleh PTPN II yang menjadi saksi bisu sejarah kelam pembumihangusan Kerajaan Langkat lama.

Kampung para Ulama Kedah itu pun kini gelap, sunyi dan di selimuti semak belukar dan rimbunnya ladang Tebu sehingga ramai generasi saat ini tak mengetahui kisah pilunya lagi. (Gusm)

Tags
Show More
Back to top button
Close
Close